Skripsi tapi harus Menanggung Hutang 30 Juta!



Pada kesempatan kali ini saya ingin menceritakan bagaimana perjalanan studi saya khususnya dalam proses pengerjaan skripsi. Tujuan saya menceritakan hal ini bukan karena perjalanan studi dalam menyelesaikan skripsi saya bersifat mengagumkan atau apapun itu, melainkan saya ingin menceritakan bagaimana Allah memberikan saya kekuatan, pertolongan, dan anugerah setiap hari sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya tersebut. Sebelum masuk ke inti cerita, saya ingin memberitahu kepada setiap kalian (yang membaca cerita saya ini) bahwa kalimat dan bahasa yang saya gunakan bersifat umum, jadi di dalam cerita ini tidak ada unsur penghasutan apapun (khususnya penghasutan dalam konteks agama), unsur kesombongan, apalagi unsur kebohongan/ketidakjujuran. Tujuan saya menggunakan kalimat dan bahasa yang bersifat umum adalah agar kita semua bisa mendapatkan pesan inti dari cerita ini secara utuh dan murni. Then…. Let’s go to the main story….
Beberapa di antara kalian yang membaca cerita saya kali ini mungkin tertarik untuk membacanya karena judul yang saya buat terlihat unik, atau mungkin ada yang penasaran, atau tidak sengaja ter-klik pada alat elektronik anda (laptop ataupun handphone), tapi yasudahlah…. Saya pun tidak mempermasalahkan itu, karena memang bukan itu yang mau saya bahas hahaha. Dalam proses pengerjaan skripsi saya, sebenarnya saya sedang berada dalam fase terpuruk di keluarga saya (khususnya dalam aspek finansial), karena pada awal tahun 2019 keluarga saya sedang terlilit hutang sebesar 30 juta (btw ini duit ya… bukan daun… wkwkwk). Keluarga saya sedang dalam keadaan keuangan yang begitu terpuruk sehingga menyebabkan kami harus meminjam uang ke beberapa pihak sebesar 30 juta (salah satu tujuannya adalah agar saya bisa membayar uang kuliah saya di semester 8 dan biaya skripsi saya, seperti: print, fotokopi, jilid).
Secara sekilas mungkin masalah saya dalam memenuhi kebutuhan hidup selesai (karena kami telah meminjam uang 30 juta untuk memenuhi segala sesuatunya) tetapi… keluarga saya pun diberi target untuk melunasinya, paling tidak 5 – 6 bulan setelah bulan Januari 2019. Hari demi hari saya menjalani pengerjaan skripsi saya sambil memikirkan bagaimana harus melunasi hutang sebanyak itu dalam waktu yang tidak terlalu lama, pun kondisi kedua orang tua saya sudah berada dalam status pensiun dari pekerjaannya. Memikirkan judul skripsi, konsep, dan ketika mengerjakan bab 1 – bab 5 terasa berat sekali bagi saya. Terasa berat bukan karena materi skripsi saya (walaupun berat juga sih materi skripsi yang saya kerjakan wkwkwk), tetapi saya lebih mengalami kesulitan untuk dapat memfokuskan konsentrasi saya sepenuhnya hanya pada skripsi.
Tibalah saatnya saya maju sidang proposal skripsi (bab 1 – bab 3) pada tanggal 24 Juni 2019. Beberapa hari sebelum saya maju sidang proposal saya berharap kepada Allah supaya Dia menolong saya dan berharap revisian saya hanya sedikit karena saya merasa otak saya sudah sangat lelah memikirkan banyak hal. Tetapi…. (tidak semudah itu fergusooo wkwkwk) ketika saya sidang proposal, banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh dosen terhadap materi dalam skripsi saya. Bahkan pada akhirnya saya (saya seorang diri………..) diluluskan dari sidang proposal (horeeee) tapi…… LULUS DENGAN SYARAT. Syaratnya adalah salah satu variabel penelitian saya diganti oleh dosen. Bayangkan saja… saya seorang diri dinyatakan LULUS BERSYARAT, sedangkan teman-teman saya LULUS (ya intinya lulus biasa lah wkwkwk). Salah satu variabel penelitian saya diganti menyebabkan saya harus merombak ulang skripsi saya. Ketika saya melihat kalender akademik dan menghitung batas waktu antara sidang proposal – sidang skripsi ternyata hanya sekitar kurang lebih 1 ½ bulan. Saya sangat merasa hopeless, tidak bersemangat dalam menyelesaikan revisian proposal saya dan mengejar agar bisa lulus di tahun 2019 ini. Bahkan sudah muncul dalam pikiran saya… (kayaknya gua harus nambah semester nih, tapi duitnya dari mana? Masa ngutang lagi?).
Memasuki bulan Juli saya berjuang melanjutkan bab 4 saya. Dalam proses pengerjaan bab 4, saya pun khawatir karena saya tidak begitu mengerti tentang pengolahan data dalam metodologi penelitian (wong dosennya aja jarang masuk pas saya ambil mata kuliah itu, gimana mau ngerti? wkwkwkw). Perlahan-lahan saya kerjakan, saya mengolah data (dengan perasaan takut… takut kalau data saya memiliki tingkat reliabilitas yang rendah dan datanya tidak bersifat homogen sehingga berpengaruh terhadap hasil akhir dan kualitas skripsi saya). Saya sungguh bersyukur, karena Allah memberikan saya pertolongan, dalam artian bahwa seluruh data saya memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi dan datanya bersifat homogen. Saya sungguh terharu bagaimana Allah menolong saya dalam kelemahan dan ketakutan saya. Lanjut…. Dan terus melanjutkan bab 4 hingga selesai. Kemudian saya menyelesaikan bab 5.
Memasuki tahap sidang skripsi. Saya sungguh merasa takut. Takut kalau saya tidak dapat menjawab pertanyaan dosen karena skripsi saya melibat 3 unsur (tentang teknologi pendidikan, anak TK, dan makanan sehat). Bagaimana saya bisa menguasai 2 dari 3 unsur tersebut dalam waktu yang singkat sedangkan jurusan saya bukan berfokuskan pada 2 dari 3 unsur tersebut (teknologi pendidikan dan anak TK)? Saya hanya memohon Allah menguatkan saya. Ketika sidang skripsi berlangsung, saya sungguh kaget…. (tapi gak sampe pingsan yeeee wkwwkk). Saya kaget karena jumlah pertanyaan yang diajukan dosen (percaya tidak percaya) hanya 4 pertanyaan yang bersifat sangat sederhana…. Sehingga saya dapat menjawabnya. Sisanya hanyalah saran saran dari dosen saya untuk materi skripsi saya. Dan…. Bukan hanya itu, tetapi… revisi pada skripsi saya hanya sedikit. Sedikit sekali… karena saya hanya perlu 1 jam untuk menyelesaikannya (ini bukan mau sombong atau gimana, tetapi saya meyakini bahwa ini adalah bentuk pertolongan yang Allah berikan pada saya).
Kemudian… saya selesai sidang, revisi, dan pemberkasan wisuda. Saya mengikuti agenda terakhir yaitu wisuda. Di setiap susunan acara wisuda kemarin (25 September 2019), saya hanya bisa berkata (aku berterima kasih kepada-Mu ya Allah. Semua hanya karena anugerah-Mu, saya bisa mencapai di titik ini). Tidak hanya itu, hutang 30 juta di awal cerita saya, pada akhirnya dapat kami sekeluarga lunasi. Saat ini kami seperti sedang dalam fase “memulai kehidupan yang baru.” Demikianlah perjalanan studi saya dalam mengerjakan skripsi. Semoga dapat menjadi semangat buat setiap kalian yang membaca cerita saya ini.



26 September 2019, sambil menikmati waktu istirahat di rumah
Halomoan Siahaan, S.Pd

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan itu ada, pasti, dan nyata

Chapter V Memulai Kehidupan yang Baru

Korupsi? Santuy Wae...