Siap Berpacaran? Siap Menikah dan Membangun Keluarga?
Hi… welcome again to my blog. I’m extremely feeling happy
today because I’m sure that many of you (especially for those who often read
every articles in my blog) are waiting for this article to be uploaded on my
blog. Secara pribadi saya juga tidak sabar untuk membagikan artikel ini ke
kalian semua untuk dibaca, dipahami, dan direnungkan di dalam hati dan pikiran
kalian masing-masing. Karena… saya pribadi yakin bahwa topik artikel kali ini
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat (maap ya… para warganet saya jokes sedikit
hehehe). Saya pribadi sangat yakin bahwa topik artikel kali ini merupakan topik
yang sangat sering didiskusikan secara antusias (apalagi bagi setiap orang yang
masih berumur sekitar 20-30th, termasuk saya tentunya) karena begitu
banyak hal penting di dalam topik ini yang perlu untuk dibahas secara tuntas.
Tapi… sebelumnya saya ingin meminta maaf kepada kalian semua… karena apa yang
akan saya bahas di artikel ini mungkin tidak menjawab semua hal yang ingin
kalian ketahui… tetapi saya akan berusaha untuk membahasnya semaksimal mungkin
dan tentunya sesuai kemampuan saya, sesuai wawasan saya, sesuai
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh banyak orang, dan yang paling penting
adalah saya juga akan membahas hal yang paling mendasar dan utama dalam topik
kali ini. Well then… let’s get to the main article…
“Pacaran”? kalau
kita mendengar kata pacaran sebagian
dari kita mungkin berpikir bahwa pacaran
adalah suatu hubungan yang di dalamnya penuh dengan romantisme, having fun bareng… ya pokoknya kayak
yang ada di film drama korea deh ya… Tetapi sebagian dari kita mungkin berpikir
bahwa pacaran adalah suatu hubungan yang di dalamnya flat/datar/monoton, berisikan
dua orang yang sering berantem/adu argumen satu sama lain, abis berantem terus
putus, abis putus terus musuhan. Saya pribadi tidak menyalahkan apapun dan
bagaimanapun pemikiran kita masing-masing tentang pacaran. Tetapi izinkan saya
menyimpulkan makna pacaran dengan satu kalimat seperti ini. Pacaran merupakan
dua insang (bukan.. ini mah alat pernapasan ikan. Hehee maap warganet). Pacaran merupakan dua insan lawan jenis
yang bertemu dan bersatu hati memadukan perasaannya menjadi suatu hubungan erat
yang didalamnya mereka saling mengasihi, menerima apa adanya, support dalam
segala keadaan, berkomitmen untuk tetap setia, dan yang paling penting adalah
mereka saling bertumbuh menjadi pribadi yang semakin dewasa dalam berpikir dan
bertindak sehingga siap untuk masuk ke dalam jenjang pernikahan di kemudian
hari. Karena pacaran berujung untuk masuk ke jenjang pernikahan, maka pastikan pasanganmu dalam berpacaran
adalah orang yang seiman (satu keyakinan). Sampai disini kita dapat melihat
secara sekilas bahwa ternyata pacaran itu indah. Tetapi pertanyaan yang paling
sering dibingungkan oleh banyak orang tentang hubungan berpacaran adalah “boleh gak sih putus? Padahal kan kita udah
berkomitmen untuk tetap setia sama pasangan kita?”
Di dalam hubungan berpacaran tentu kita harus menjaga
hubungan tersebut agar tetap eksis (setia satu sama lain). Pernyataan ini
sesuai dengan apa yang saya jelaskan tentang makna pacaran di paragraf
sebelumnya. Tapi tunggu dulu… kalimat “berkomitmen tetap setia” jangan
diartikan secara berlebihan. Penerapan “tetap setia” yang saya maksudkan adalah
seperti ini:
1. Setialah walaupun kamu mengetahui pasanganmu punya banyak kekurangan (bukan berasal
dari keluarga yang berkecukupan, bukan orang yang punya segudang talenta, bukan
orang yang tampan/cantik, dan bukan orang yang sangat cerdas dalam berpikir).
2. Setialah walaupun suatu waktu mungkin pasanganmu
mengalami kecelakaan hebat dan mengakibatkan kelumpuhan secara fisik.
3. Jangan setia jika kamu mendapati pasanganmu berulang kali selingkuh.
4. Jangan setia jika kamu melihat bahwa pasanganmu selalu bersifat egois (tidak ada usaha
sedikit pun untuk mengurangi sikap egoisnya).
Dari pertanyaan di akhir kalimat pada paragraf sebelumnya,
berarti jawaban saya adalah
“boleh putus asalkan
alasannya benar.”
Dari jawaban saya ini, mungkin sebagian dari kita mulai
bertanya-tanya dalam hati
“lah… berarti itu
namanya gak setia dong? Kok malah disuruh putus (jangan setia)?”.
Bagi setiap kita yang punya pemikiran seperti itu, coba
baca kembali dan pahami makna pacaran yang saya tuliskan secara keseluruhan dan jangan ambil maknanya setengah-setengah.
Dalam masa berpacaran harus terjadi pertumbuhan terhadap kedua pasangan
tersebut menjadi lebih dewasa yang nantinya akan masuk ke jenjang pernikahan.
Dan yang harus kita ketahui adalah bahwa di dalam hubungan pernikahan tidak
diperkenankan untuk bercerai (apapun alasannya). Tapi mungkin ada diantara kita
yang punya pemikiran tentang pacaran seperti ini…
“Ya harus tetap setia
lah walaupun pasangan kita terus menerus selingkuh, walaupun pasangan kita
selalu bersikap egois, walaupun pasangan kita memang karakternya keras kepala
dan tidak mau berubah sama sekali dari karakternya tersebut. Ya kan tinggal
dimaafin. Kan harus terima pasangan kita apa adanya.”
Maka dengan berat hati saya harus katakan begini…
“Bersiaplah untuk
mengalami sakit hati yang sesungguhnya dalam masa pernikahanmu di kemudian hari
jika kamu menganggap enteng hal tersebut di masa pacaran. Mungkin kamu merasa
bahwa selingkuh yang terus menerus adalah hal yang wajar, mungkin kamu merasa
bahwa selalu bersikap egois adalah hal yang wajar. Maka, bersiaplah mengalami
sakit hati yang sesungguhnya ketika sudah memasuki jenjang pernikahan. Karena
di masa tersebut kamu tidak bisa memutuskan untuk berpisah. Ingat kembali bahwa
di dalam hubungan pernikahan tidak diperkenankan untuk bercerai apapun
alasannya.”
Jadi, kalau diperbolehkan putus dalam hubungan berpacaran,
pertanyaan selanjutnya kurang lebih seperti ini…
“Saat kapan kita boleh putus dengan pasangan kita?.”
Jawaban saya seperti ini…
“Putuslah ketika
pasanganmu selalu menyakiti hatimu. Mungkin ada saatnya dimana pasanganmu akan
meminta maaf atas perbuatannya yang menyakiti hatimu. Maafkanlah dia. Tetapi
jika di kemudian hari dia menyakiti hatimu lagi dan lagi… bahkan mungkin dia
melakukannya secara sengaja, putuskanlah sesegera mungkin. Karena bisa jadi pasanganmu tidak serius
dalam menjalin hubungan denganmu”
Kalau begitu mungkin kita bertanya secara lebih mendalam…
“Apakah pengampunan
tidak berlaku di dalam hubungan berpacaran?”
Saya akan menjawabnya seperti ini (dan ini sekaligus menambahkan
penjelasan dari penerapan setia yang sebenarnya)
“Maafkanlah
pasanganmu jika ia melakukan kesalahan. Kemudian, liat bagaimana kelanjutannya.
Kalau pasanganmu adalah orang yang semaksimal mungkin berusaha untuk berubah
menjadi pribadi yang lebih baik agar tidak menyakiti hatimu lagi tetapi mungkin
di kemudian hari dia kembali menyakiti hatimu secara tidak sengaja, tetap
maafkan dia dan berusahalah untuk tetap setia kepadanya.”
Hati-hati… cinta itu dapat membutakan kita. Banyak hal yang
dapat membutakan kita dalam menjalin hubungan berpacaran. Jangan lupa untuk selalu melibatkan Tuhan dalam hubungan berpacaran
setiap saat. Termasuk ketika ada permasalahan besar di dalam hubungan
berpacaran, libatkan Tuhan, tanyakan pada Tuhan dalam doa kita pribadi. Apa
yang harus dilakukan? Bagaimana solusinya? Apakah harus putus atau tetap
melanjutkan hubungan tersebut. Oleh
karena itu, berpacaranlah dengan bijaksana. Dan ketahuilah bahwa kebijaksanaan
yang sesungguhnya hanya datang dari Tuhan karena Dialah sumber hikmat dalam
diri manusia.
Setelah kita clear dalam berpacaran. Sekarang kita masuk ke
jenjang yang lebih serius yaitu “pernikahan”.
Nafas dulu ya… Tenangin hati dan pikiran dulu. Tarik nafas…. Buang…. Tarik
nafas…. Buang… Ulangi sebanyak 100 kali (maap warganet saya bercanda lagi
hehehe). Monggo kita masuk ke penjelasannya…
“Pernikahan” kalau kita mendengar kata
ini apa yang timbul di dalam pikiran kita? Mungkin sebagian kita berpikir bahwa
pernikahan adalah suatu jenjang akhir dalam hubungan yang bertujuan untuk
dinikmati satu sama lain (bisa bermesraan tanpa ada batasan, ketika sudah
dianugerahi anak kemudian bisa menghabiskan waktu bersama keluarga baru, dan
lain-lain yang happy-happy). Sehingga kita gak sabar untuk menikah dengan
pasangan kita. Kalau kita hanya berpikir bahwa pernikahan isinya hanya yang
happy-happy saja, maka bisa dikatakan kita adalah orang yang tidak cukup matang
pemikirannya ketika hendak memasuki jenjang pernikahan. Mengapa demikian?
Karena yang seharusnya dipikirkan dan direnungkan bersama pasangan kita ketika
hendak memasuki jenjang pernikahan adalah berikut ini…:
1. Siapkah kamu ketika kamu bersama pasanganmu tidak
dianugerahi seorang anak?. Karena sudah banyak pasangan suami-isteri yang
bercerai karena tidak dianugrahi seorang anak.
2. Siapkah kamu ketika suatu waktu pasanganmu mengalami
penyakit yang berat (kanker, stroke, gagal ginjal, dan lain-lain)? Karena ada
juga pasangan suami-isteri yang bercerai karena tidak mau hidup dengan pasangan
yang penyakitan.
3. Siapkah kamu ketika suatu waktu kamu dan pasanganmu
mengalami kemerosotan keuangan secara signifikan? Karena ada juga pasangan
suami-isteri yang bercerai karena tidak terima kalau suatu saat harus hidup
susah atau berkekurangan.
Inilah yang dinamakan dengan life after marriage. Saya
pribadi merasa sangat perlu untuk menyampaikan hal ini (life after marriage)
karena banyak orang yang tidak memikirkan hal-hal yang seperti ini ketika
hendak memasuki jenjang pernikahan. Memang, ketika kita memahami dan menghayati
hal ini (life after marriage) secara serius dengan pasangan kita ketika
hendak menikah, itu tidak serta merta menjamin bahwa kita akan siap 100%,
tetapi paling tidak kita bisa memupuk hati kita untuk tetap bertahan dengan
pasangan kita ketika mengalami hal-hal yang tidak mengenakan di dalam
pernikahan nanti (seperti 3 poin yang sudah saya sebutkan di atas). Dan yang
paling utama ketika memikirkan dan merenungkan life after marriage ini
adalah kita selalu melibatkan Tuhan
karena Tuhanlah yang mengatur dan berotoritas atas kehidupan pernikahan setiap
pasangan.
Saya pikir
sampai disini penjelasan saya mengenai topik artikel kali ini. Maaf jika saya
belum bisa menjelaskan secara sempurna karena saya pun masih terbatas dan perlu
banyak belajar. Dan percayalah bahwa apa yang saya tulis dalam artikel ini
bukan berarti saya sudah menguasai semuanya tetapi saya pun masih terus belajar
dan berproses. Jadi, kita semua adalah manusia yang sama-sama berproses untuk
bertumbuh menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan dalam setiap area
kehidupan kita.
Jangan
lupa untuk share artikel ini ke teman ataupun keluarga kalian. Agar semakin
banyak orang yang diperdalam wawasannya mengenai pacaran dan pernikahan. Thank
you…
Berpacaranlah dengan
bijaksana karena tujuan utama berpacaran adalah untuk masuk ke jenjang
pernikahan. Ketika hendak memasuki jenjang pernikahan, pahami dan renungkanlah
life after marriage, kemudian bawakan hal tersebut dalam doa kepada Tuhan
bersama pasangan kita. Karena Tuhanlah yang berotoritas atas kehidupan setiap
manusia (termasuk kehidupan dalam pernikahan)
Follow me also on my social media
Facebook:
Halomoan Siahaan
Instagram:
halomoansiahaan
For counseling: 0896-0447-1793 (whatsapp)
For business: halomoansiahaanll@yahoo.co.id
Saya ingin menanyakan berapa hal yang tiba" terpikirkan oleh saya. Apakah setiap orang memang memiliki pasangan hidup ?(dalam artian memang diciptakan berpasang" an sejak dilahirkannya) Dan apakah manusia tersebut harus menikah?/ Bolehkah tidak menikah (Apakah ada ayat juga di Alkitab yg menyatakan hal seperti ini? )
BalasHapusMungkin beberapa notice yg sempat terlintas juga riset data yang menyatakan bahwa populasi wanita lebih banyak dibanding pria, bagaimana menanggapi hal seperti ini? Terimakasih sebelumnya bila bersedia menjawabnya
Hi... Terima kasih ya udah kasih tanggapan terkait artikel saya ini... ^_^ Saya akan jawab semaksimal kemampuan saya dalam menalar pertanyaanmu ini ya... Maaf kalau jawabannya kurang memuaskan 🙏🏻
Hapus- Pertanyaan pertama "apakah setiap orang diciptakan berpasang-pasangan?"
Jawaban: Pada awal manusia diciptakan, Tuhan memang merancang hidup manusia untuk hidup beranakcucu dan memenuhi bumi atau bisa juga diartikan sebagai berpasang-pasangan (Kejadian 1:28). Ini merupakan perintah Tuhan kepada manusia.
- Pertanyaan kedua: "Bolehkah tidak menikah?" (Ada ayat pendukung atau engga?)
Jawaban: Secara singkat saya katakan.. "Boleh..." Tapi... Coba kamu check dulu di dalam 1 Korintus 7:7-8 judulnya sangat jelas "tentang perkawinan". Paulus mengatakan bahwa orang yang memutuskan untuk tidak menikah, harus dipastikan apakah keputusan untuk tidak menikah itu berasal dari Allah atau dari keinginan dirinya sendiri? Karena menikah atau tidak menikah itu pada mulanya merupakan kehendak Tuhan bukan kehendak manusia. Lihat kembali dalam ayat Kejadian 1:28. Dalam ayat itu dikatakan "Allah berfirman kepada mereka"
Jadi, menikah pun merupakan perintah Tuhan. Maka seseorang kalau memutuskan untuk tidak menikah pastikan keputusan itu pertama pertama berasal dari kehendak Tuhan, bukan karena keinginan diri sendiri yang disebabkan oleh berbagai faktor.
*Sebagai tambahan..*
Jika kehendak Tuhan dalam hidupnya adalah tidak menikah, maka tentu ada tujuan yang jelas. Coba baca Matius 19:10-12. Di kalimat akhir dalam ayat 12 dikatakan orang yang tidak menikah tersebut karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Artinya.. orang yang tidak menikah tersebut memang mengerti bahwa kehendak Tuhan bagi hidupnya adalah tidak menikah karena dia harus memfokuskan hidupnya secara penuh bagi Kerajaan Sorga (pelayanan dengan sepenuh tenaga). Seperti yang kita ketahui bahwa kalau menikah itu ada tenaga yang terbagi. Untuk anak, untuk pasangan.
Jadi intinya.. keputusan untuk menikah atau tidak menikah harus digumulkan dengan serius dan dipastikan jawabannya benar benar dari Allah bukan dari keinginan kita sebagai manusia. Karena bisa jadi karena kita punya pengalaman gak enak di masa lalu, banyak masalah di keluarga tentang hubungan suami isteri, dan lain-lain.. yang akhirnya mempengaruhi pikiran kita sehingga kita gak mau nikah. Itu salah.. jadi hati hati.. ^_^
Pertanyaan ketiga.. saya tidak bisa jawab.. hehee.. karena menurut saya itu adalah suatu hal yang diluar otak manusia untuk bisa memahami. Kembali lagi.. saya terbatas sebagai manusia untuk memahami hal-hal diluar akal pikiran saya sebagai manusia 🙏🏻
Terima kasih sudah menanggapi... Selamat bergumul bersama Allah ya... Kiranya Allah menolong untuk mendapatkan jawaban yang tepat atas hidupmu... 👍🏻😃