Insecure? (Keadaan, Pikiran, dan Perasaan)




1. Dialog pertama
Seorang cowok sedang dalam proses pedekate dengan seorang cewek. Pada suatu hari cowok tersebut mengajak si cewek untuk nonton film layar lebar di salah satu mall yang ada di Indonesia. Kemudian terjadilah percakapan antara mereka berdua melalui suatu aplikasi online chatting
Cowok: Hi… hari ini lu free gak?
Cewek: Hi… hmm… free sih… tapi sore baru free. Sekitar jam 16.00 lah… Ada apa emagnya? Tumben nanyain ada waktu free atau engga…
Cowok: Hmm… iya nih. Mau ngajak lu nonton bioskop bareng soalnya hehe.. di mall ******** (sensor bro… saya takut kena copyright ntar malah dituntut bayaran wkwkwk).
Cewek: Hmm… boleh hehe… mau nonton film apa emangnya?
Cowok: Nanti kita liat disana aja langsung. Ntar gua ikut aja deh… lu mau nonton film apa, genrenya apa. Gimana?
Cewek: Oke deh… Yaudah… sampe ketemu nanti sore ya.. hehe
Cowok: Iya… langsung ketemu di dalem mallnya ya…

Ketika waktu menunjukkan pukul 14.30. Sementara si cowok sudah siap untuk pergi ke mall yang hendak dituju, si cewek masih berkutat dengan penampilan dirinya sendiri

Cewek: “Hmm… pake baju yang mana ya bagusnya? Eh… kayaknya warna ini bagus nih.. coba pake dulu deh..” (percobaan pertama).
Cewek: “Ih… ternyata jelek ah. Takut dianya gak tertarik. Hmm… coba yang ini dulu deh… kayaknya bagusan yang ini dari yang sebelumnya” (percobaan kedua).
Cewek: “Yah… ini mah gak beda jauh… Keliatannya doang bagus. Ternyata beda tipis sama yang barusan. Ih kenapa ya kalau ngeliat artis artis di TV tuh kayaknya cantik cantik banget. Mau pake baju yang simple sekalipun pasti mereka tetep menarik kalau diliat. Aduh… pake baju yang mana ya jadinya… Udah mau jam 15.00 nih…” (si cewek masih belum menemukan baju yang tepat untuk dipakai)

Pada akhirnya si cewek pun memakai baju yang ada di lemarinya dengan kondisi menyesali penampilan dirinya sendiri

2. Dialog kedua
Seseorang yang bernama Riza sedang berada di salah satu perusahaan untuk melaksanakan interview kerja. Di lobby tempat ia menunggu, ia bertemu dengan beberapa orang lainnya yang hendak melaksanakan interview pekerjaan juga. Sembari menunggu gilirannya dipanggil, Riza memandang ke salah seorang didekatnya dan mengajak orang tersebut untuk bercakap-cakap

Riza: (mencoba ngobrol dengan salah satu pelamar) “Misi.. mas.. Ngelamar kerja di perusahaan ini juga ya? Kalau boleh tau mas tamatan dari mana, mas? Hehee.”
Seseorang: “Iya mas.. saya ngelamar di perusahaan ini juga. Saya tamatan S1 dari Universitas ***** terus saya sempet kerja 3th di perusahaan lain. Abis itu saya lanjut S2 di Inggris mas. Lumayan dapet beasiswa soalnya hehe..”

Riza: (mulai merasa minder) “Waduh… mas hebat ya… udah punya pengalaman kerja, udah tamat S2 pula.. Saya mah apa atuh mas.. baru aja beberapa minggu yang lalu tamat S1 hehe.. Kayaknya ini mah mas yang keterima kerja disini… Saya mah gak ada apa apanya kalau dibandingin sama mas. Saya mah ibarat kata Cuma kriuk kriuk cimol atuh mas…” (Cimol mana ada kriuknya atuh mas… lempar juga nih pake cimolnya langsung)

Seseorang: “Ah mas bisa aja… Liat nanti lah mas… interviewnya aja kan belom dimulai. Masa udah tau aja siapa yang keterima.”

Riza: (berkata dalam hatinya) “Ah yaudahlah… udah pasti gak keterima gua mah. Pengalaman kerja gak ada, pengetahuan juga masih minim. Apa yang bisa diharapin dari diri gua kalau kerja di perusahaan ini?”

Pada akhirnya Riza pun terjebak di dalam pemikirannya terhadap kemampuan dirinya sendiri. Pemikiran tersebut pun akhirnya mendorong dia untuk merendahkan dirinya sendiri. Seolah-olah dia tidak punya kemampuan apapun karena dia membandingkan dirinya dengan orang yang ia temui di lobby perusahaan tempat ia akan diinterview

            Hi… welcome back to my blog… Di awal artikel ini saya kasih 2 ilustrasi real yang terjadi dan dialami oleh beberapa orang (mungkin kita termasuk di dalamnya). Terdapat dua ilustrasi yang menggambarkan seseorang yang tidak percaya diri, menyesali penampilan dan fisiknya sendiri, memandang rendah dirinya sendiri. Dan tahukah kita bahwa perasaan kita yang demikian sebenarnya dilatarbelakangi karena mindset atau cara pandang kita terhadap diri sendiri dan terhadap segala sesuatu diluar diri kita. Pernyataan ini terangkum dalam satu kata yang dari beberapa bulan lalu hingga sekarang sedang ramai diperbincangkan, yakni INSECURE. Artikel ini akan membahas secara dalam namun ringkas tentang insecure. Saya tulis artikel tentang ini karena ada salah satu teman saya yang request untuk membahas tentang ini. Tentunya pembahasan dalam artikel kali ini tidak langsung secara instan saya tulis melainkan saya harus belajar dulu… baca beberapa sumber yang berkaitan (termasuk di dalamnya pandangan beberapa ahli psikologi dengan gelar Ph.D). Jadi, saya akan membahas semampu pemahaman saya terkait insecure dengan didasari beberapa sumber yang telah saya baca. Well then… let’s get to the main description of this article.
            Pertama-tama mari mengenal lebih dalam mengenai arti atau makna kata insecure itu sendiri. Cambridge Dictionary mengartikan kata insecure demikian “insecure people have little confidence and are uncertain about their own abilities.” (Orang yang insecure mempunyai rasa percaya diri yang kecil dan tidak yakin akan kemampuan-kemampuan yang ada di dalam dirinya sendiri). Jadi, dari pernyataan ini kita dapat mengetahui bahwa insecure adalah sebuah keadaan yang terjadi dan atau dialami oleh setiap orang yang terwujud melalui bagaimana mereka memandang dirinya sendiri. Ketika mereka memandang dirinya rendah, tidak percaya diri dengan kemampuan-kemampuan yang ada di dalam dirinya, maka disitu kita dapat mengetahui bahwa orang tersebut sedang mengalami keadaan insecure di dalam dirinya. Hal ini juga menunjukkan bahwa cara pandang kita terhadap diri kita sendiri akan menimbulkan suatu perasaan di dalam diri kita. Jadi, kalau kita berbicara tentang insecure, itu tidak bisa lepas dari 3 unsur utama yaitu keadaan, cara pandang (pikiran), dan perasaan. Ketiga unsur ini saling berkaitan satu sama lain. Nah… Sekarang kita dapat menyimpulkan secara sekilas bahwa insecure adalah suatu keadaan yang dapat terjadi dan atau dialami oleh setiap orang tanpa terkecuali dan kita sebagai manusia merespon segala sesuatu yang ada di sekitar kita melalui cara pandang (pikiran) dan perasaan di dalam diri kita sendiri.
Ketika kita merespon segala sesuatu yang ada di sekitar kita (baik yang kita lihat maupun kita alami secara langsung), pertama-tama biasanya akan timbul pemikiran kritis di dalam pikiran kita hingga akhirnya merembet (masuk) ke dalam hati kita (critical inner voice). Wujud nyata dari pemikiran kritis yang ada dalam diri kita (critical inner voice) biasanya adalah kita mulai membanding-bandingkan diri atau apa yang ada pada hidup kita dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita (kehidupan orang lain, kepribadian orang lain, fisik orang lain, dan lain-lain). Ini juga berarti bahwa insecure selalu berkaitan dengan hubungan sosial antar sesama manusia. Dr.’s Robert, Ph.D dan Lisa Firestone, Ph.D pernah melakukan sebuah penelitian mengenai hal ini (critical inner voice) dan hasilnya adalah mereka menemukan bahwa pemikiran kritis yang paling umum orang-orang nyatakan terhadap diri mereka sendiri adalah mereka memandang perbedaan-perbedaan yang ada di setiap kehidupan manusia sebagai sesuatu yang negatif, bukan sesuatu yang positif dan satu hal yang dapat kita tangkap dari hal ini bahwa kita adalah generasi yang sering membanding-bandingkan, mengevaluasi dan menilai diri kita sendiri.
 2 Paragraf sebelumnya saya telah memaparkan kepada kita semua mengenai insecure. Nah… sekarang saya akan memberikan kepada kita semua beberapa contoh konkret keadaan orang mengalami insecure yang dialami oleh kebanyakan orang (mungkin termasuk kita di dalamnya). Berikut adalah beberapa contoh konkretnya:
1. Insecure dari segi asmara (ehemm…. Jangan senyum-senyum ini artikel yang sifatnya serius)
Ketika kita memiliki seorang pasangan hidup, kebanyakan dari kita pasti pernah membanding-bandingkan pasangan kita dengan orang lain (entah itu teman kita, sahabat kita, atau orang yang tidak kita kenal sekalipun). Biasanya yang kita banding-bandingkan itu gak jauh-jauh dari karakter/kepribadiannya dan fisiknya.
- Bagi yang cowok: “Wah ternyata ada cewek yang lebih cantik dari pacar gua. Busettt dah… cantik banget itu cewek. Udah cantik, putih, langsing pula… Kenapa gak dia aja ya yang jadi pacar gua?” (Hati-hati di lempar cimol…)
- Bagi yang cewek: (gak sengaja liat orang main basket) “Ih… ternyata cowok itu ganteng juga ya… gak cuma ganten tapi jago main basket juga. Tapi kayaknya dia gak cuma jago main basket deh, gua pernah liat dia di media sosial katanya dia pernah juara 1 olimpiade tingkat provinsi. Hmm… cowok gua mah apaan ya? Ganteng aja pas-pasan, pinter juga kagak, olahraga apalagi…” (Hati-hati dilempar cimol)
- Bagi cowok maupun cewek: “Kayaknya asik ya…. Kalau punya pasangan yang humoris, romantis, dan amis (emangnya ikan). Kalau punya pasangan yang humoris dan romantis tuh kayaknya balance aja kisah asmaranya… Kadang ketawa bareng, kadang diromantisin… Tapi sayang… pasangan gua gak kayak gitu” (Hati-hati…. Udah ah cimol mulu perasaan)
2. Insecure dari segi kepemilikian
      Sebagai manusia yang tinggal di dunia ini, tentu kita hidup pada umumnya berlandaskan 3 kebutuhan yang ada, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kita mengetahui dengan jelas bahwa kebutuhan yang paling utama dari ketiganya adalah kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) dan sekunder (jaminan kesehatan, hiburan, pendidikan). Tapi… sadar tidak sadar… dalam hal ini pun (kepemilikan) kita cukup sering membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.
- “wih… Rumahnya luas banget ya…. 5.000 meter… Coba aja gua punya rumah segitu luasnya… asik kali ya…Temen-temen gua pasti gimana gitu ya ngeliatnya…”
- “wih… Lamborghini bro… Pengen deh nanti kalau udah kerja bisa beli Lamborghini terus jemput pacar pake Lamborghini” (tau-taunya malah nabrak pohon. Yaampun…)
- “Ah elah… hp gua jelek banget dah kameranya. Ukuran memori sama ramnya juga kecil lagi… Aduh… pengen banget dah gua itu hp yang baru banget keluar… tapi harganya 20 jutaan. Darimana gua bisa dapet uang sebanyak itu ya? Masa ngerampok? Ntar yang ada malah digebukin.
3. Insecure dari segi kecerdasan dan bakat
            Sebagai manusia yang memiliki otak untuk berpikir dan kemampuan dalam diri untuk dikembangkan, seringkali kita terjebak dengan keterbatasan-keterbatasan kita sendiri. Ada hal-hal di dalam kehidupan ini yang memang kita mudah pelajari akhirnya bisa kita lakukan, tetapi ada juga hal-hal yang kita tidak bisa pelajari dan kuasai dengan cepat melainkan harus bertahap sehingga bisa menguasainya dengan baik
- “Bisa nyuci baju gak sih lu? Nyuci kok gak bersih… Gua aja bisa nyuci baju sampe bersih.” Perkataan seorang kakak kepada adiknya.
- “Kerjanya lama banget? Bisa pake Microsoft excel gak sih? Dari tadi saya liatin kayaknya lama banget… gak kelar-kelar kerjaannya.” Seorang atasan menegur kita dengan keras.
- “Ini tuh begini rumusnya…. Udah berkali-kali diajarin kok masih gak ngerti? Jadi orang tuh jangan lemot mikirnya!!!” Seorang teman sedang menegur dan merendahkan kita.
            Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, tentu kita akan berhadapan dengan berbagai macam pengalaman dan kenyataan di hidup kita masing-masing. Sama halnya dengan 3 contoh yang telah saya sebutkan di atas. Apakah kita mau terus menerus berkutat dengan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain? Sadar atau tidak, ketika kita mengadopsi sikap yang demikian (membanding-bandingkan diri) sebenarnya kita sedang mengadopsi dan mengintegrasikan pola pikir yang bersifat destruktif. Ketika kita meninjau lebih dalam mengenai pola pikir destruktif ini sebenarnya pola pikir yang seperti ini sedang dan akan membawa kita kepada beberapa dampak yang besar dan buruk dalam kehidupan kita, apa saja?
- Kita mulai kehilangan jati diri kita sendiri. Kita berusaha mengikuti karakter atau kepribadian orang lain. Padahal kita diciptakan Tuhan untuk bertumbuh ke arah yang lebih baik, bukan mengikuti orang lain karena jati diri kita ditentukan oleh Pencipta kita
- Kita mulai kehilangan atau tidak mempunyai tujuan hidup. Ketika kita terus menerus melihat kehidupan orang lain dan tujuannya maka kita tidak lagi fokus dan lama-kelamaan kehilangan tujuan hidup kita. Padahal kita diciptakan Tuhan untuk melakukan apa yang Tuhan mau dalam hidup kita, bukan apa yang orang lain mau dalam hidup kita
- Kita mulai merendahkan diri kita sendiri. Seolah-olah dengan begitu banyaknya keterbatasan dalam diri kita, kita mulai menyesal akan segala sesuatu yang ada di dalam diri kita (fisik, bakat, dan lain-lain). Ketika hal ini terjadi sebenarnya kita tidak semata-mata hanya merendahkan diri kita saja, tetapi dari sikap yang seperti ini kita sedang menyalahkan Tuhan secara tidak langsung atas segala keterbatasan yang ada di dalam diri kita.
            Lalu… Bagaimana kita bisa mengatasi insecure ini dengan baik? Saya memberikan 3 cara mendasar dan utama yang dapat kita lakukan untuk mengatasi insecure di dalam diri kita. 3 caranya adalah demikian:
1. Ingat kembali indentitas kita
            Dengan mengingat kembali indentitas kita, maka kita tidak akan terjebak dengan hal-hal yang ada diluar kita. Kita mengetahui bahwa kita adalah ciptaan Tuhan dan tujuan kita diciptakan adalah untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki atau mau dalam hidup kita.
2. Pandanglah segala perbedaan yang ada antara diri kita dengan orang lain sebagai sebuah keunikan
            Ketika kita memandang perbedaan sebagai suatu keunikan, maka kita tidak akan terjebak dalam pikiran-pikiran kita sendiri yang dapat membawa kita pada sikap merendahkan diri sendiri, menyesali segala sesuatu dalam diri sendiri, melainkan kita menerima diri kita sendiri apa adanya.
3. Bersyukur
            Bersyukur untuk apa yang kita punyai/miliki tentu mudah tetapi kita pun juga harus menyadari bahwa tidak semua dapat kita punyai/miliki dalam hidup ini dan kita perlu belajar mensyukuri apa yang tidak kita punya. Daripada terus menerus berkutat dengan apa yang tidak kita punya, lebih baik menghitung berkat dan kebaikan yang sudah, akan, dan selalu Tuhan berikan kepada kita sehingga kita dapat bersyukur setiap saat
            Oke guys… sampai disini dulu ya pembahasan artikel kali ini… Kalian boleh kasih comment terkait artikel ini dan jangan lupa juga untuk share (bagikan) artikelku ini ke temen, keluarga, dan sanak-saudara kalian yang lainnya. Oh ya, kalau kalian kepikiran suatu topik atau tema untuk aku bahas di blogku ini, kalian boleh comment ya… biar aku bisa tau apa yang kalian mau untuk aku bahas di blogku ini. Thank you semua yang udah baca… See you on the next article…

Insecure sesungguhnya adalah pergolakan (keadaan) dalam diri kita sendiri dan mendorong kita untuk memberikan suatu respon. Bagaimana kita meresponnya sungguh ditentukan bagaimana cara pandang kita terhadap hal-hal yang memicu pergolakan tersebut. Dan dari berbagai respon yang kita tunjukkan akan menghasilkan suasana hati yang beranekaragam, entahkan secure atau insecure?


Follow me also on social media
Instagram: halomoansiahaan
Facebook: Halomoan Siahaan

For Counseling: 089604471793 (whatsapp)
For business: halomoansiahaanll@yahoo.co.id

Sumber
1. Cambridge Dictionary. Diakses pada tanggal 22 Juni 2020
2. psychalive.org/how-to-overcome-insecurity. Diakses pada tanggal 25 Juni 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan itu ada, pasti, dan nyata

Chapter V Memulai Kehidupan yang Baru

Korupsi? Santuy Wae...