Aku Anak Broken Home
Hi… welcome back to my blog. Artikel kali ini masih
membahas tentang keluarga. Sesuai dengan janji saya ke kalian yang udah request
untuk buat artikel tentang keluarga, jadi saya berkomitmen untuk bikin artikel
selama 1 bulan ini tentang keluarga. Bayangkan.. sampe saya bikin komitmen…
Artikel aja dibikin komitmen apalagi… (sudah sudah ndak perlu dilanjutkan). Oh
ya… ini artikel ketiga yang saya buat tentang keluarga. Jadi, tinggal satu
artikel lagi guys kedepannya yang akan saya publikasikan tentang keluarga di
blog saya ini… But don’t worry.. cause there’re still so many upcoming articles
I’ve prepared for all of you untuk kalian pahami dan renungkan didalam
kehidupan kalian masing-masing. Artikel kali ini cukup menegangkan kali ya…
atau menyeramkan? Atau mungkin menyedihkan? Atau mungkin… udahlah gak jadi jadi
ini saya bahas artikelnya. Let’s get to the main description of this article. I
hope you guys learn something precious from it…
Ketika kalian membaca judul artikel ini, mungkin ada
sebagian dari kita yang menganggap bahwa broken home adalah suatu problem
yang pasti terjadi di dalam keluarga namun sepertinya broken home adalah
problem yang sepele atau tidak perlu perlu banget untuk dibahas dan direnungkan
secara pribadi. Saya tidak akan menyalahkan kalau ada diantara kita yang
berpikiran demikian karena setiap orang memiliki sudut pandangnya masing-masing
mengenai hal ini. Tetapi izinkan saya untuk memaparkan penjelasan mengenai
artikel ini dan saya juga akan menyertakan data-data yang konkret yang tentunya
berkaitan dengan pembahasan artikel ini.
“Broken Home” adalah suatu
kondisi yang memprihatinkan yang terjadi hampir di kebanyakan keluarga dari
tahun ke tahun. Di dalam setiap keluarga yang ada di dunia ini (termasuk
keluarga kita masing-masing) tentu pernah mengalami beberapa problematika,
salah satunya adalah perselisihan. Sebetulnya perselisihan adalah hal yang
wajar wajar saja bila terjadi di dalam sebuah keluarga, namun…tak bisa kita
pungkiri bahwa perselisihan yang besar
pun dapat dan bahkan sudah terjadi di beberapa keluarga (mungkin juga terjadi
di keluarga kita masing-masing). Lalu, apa dampaknya bila ada sebuah
keluarga yang mengalami perselisihan yang sangat amat besar? Dampak yang paling sering terjadi adalah
adanya keretakan di dalam keluarga tersebut. Keretakan disini juga berarti broken
home. Willis (2015) menjelaskan
bahwa broken home diartikan sebagai
keluarga yang retak. Keluarga yang retak ditandai dengan hilangnya
perhatian sesama anggota keluarga atau kurangnya kasih sayang orang tua
terhadap anak mereka. Awalnya mungkin hanya perselisihan kecil, namun karena
banyak keluarga yang menganggap perselisihan adalah hal yang sepele pada
akhirnya tanpa disadari perselisihan tersebut semakin besar. Dan akhirnya jalan keluar yang paling baik
menurut pandangan beberapa orang adalah berpisah (bercerai). Dari
perceraian tersebut timbullah sikap ketidakpedulian diantara anggota keluarga
tersebut karena sudah berpisah.
Satu hal yang perlu kita sama-sama ketahui adalah
bahwa orang yang paling dirugikan akibat perselisihan tersebut adalah anak di
dalam keluarga tersebut. Para orang tua mungkin tidak sadar bahwa ketika mereka
berselisih sebetulnya itu bukan semata-mata tentang mereka saja, tetapi anak
pun merasa sedih ketika melihat orang tuanya sendiri mengalami perselisihan
yang hebat. Menurut hasil penelitian
Saikia (2017) mengenai broken family menyatakan demikian “broken family: it’s causes and effects on the development of children” (keluarga
yang retak dapat menyebabkan dan berpengaruh dalam tumbuh kembang anak).
Keluarga adalah tempat pertama kalinya anak mengalami
interaksi sosial ketika mereka lahir ke dunia. Hal ini juga selaras dengan apa
yang telah dinyatakan oleh Agulanane (1999)
dimana ia menyatakan bahwa the family lays the psychological, moral and
spiritual foundation in the overall development of the child (keluarga
adalah tempat meletakkan dasar-dasar psikologi/psikis, moralitas, dan spiritual/kerohanian
di dalam keseluruhan tahapan perkembangan pada anak). Pernyataan tersebut
juga dapat kita kaitkan dengan pembahasan artikel ini bahwa jika ada perselisihan yang hebat di dalam
sebuah keluarga maka akan timbul keretakan di dalam keluarga tersebut.
Pihak yang paling mengalami kerugian dari keretakan tersebut adalah anak.
Kerugian apa maksudnya? Kerugian yang saya maksud adalah adanya penyakit yang
muncul atau dialami oleh anak yang disebabkan dari keretakan di dalam
keluarganya. Pernyataan ini pun didukung
oleh laporan London Institute of Psychiatry (2008) yang menunjukkan bahwa
orang-orang dari keluarga yang hancur atau retak lebih rentan terhadap penyakit
psikotik/psikis yang bernama “skizofrenia”. Ini adalah penyakit mental di mana
seseorang menjadi tidak dapat menghubungkan pikiran, emosi dan perilaku yang
mengarah pada penarikan diri dari kenyataan dan hubungan pribadi.
Hmm… mari kita melihat sejenak data konkret dibawah
ini untuk dapat menghayati penjelasan saya di atas secara lebih mendalam
Bukan hanya itu, saya juga menemukan satu sumber lagi
yang berisikan data yang berkaitan dengan pembahasan artikel ini. Berdasarkan
data yang dikutip detikcom dari website Mahkamah Agung (MA) pada tahun 2019,
telah terjadi perceraian sebanyak 419.268 pasangan di sepanjang tahun 2018.
Dari jumlah tersebut, inisiatif perceraian paling banyak dimulai dari pihak
perempuan, yaitu sebanyak 307.778. Sedangkan inisiatif perceraian yang
dilakukan oleh laki-laki sebanyak 111.490. Yaampun… Ternyata perempuan begini
ya… Hati-hati kalian wahai perempuan. Wahai kalian perempuan yang rindu
kemenangan. Wahai kalian perempuan yang turun ke jalan (lah ini mah lagu
mahasiswa). Bercanda ya…. Jangan dianggap serius hehehe.
Sekarang
saya akan memberi tahu kepada kita semua (khususnya yang membaca artikel saya
ini) kondisi-kondisi yang terjadi di dalam keluarga yang menyebabkan munculnya broken
home, berikut kondisinya:
1. Ada seorang anak yang melihat ibunya ditampar
dengan keras oleh ayahnya sendiri
2. Ada seorang anak yang mendengar ibunya dilempar
piring oleh ayahnya sendiri
3. Ada seorang anak yang menceritakan kepada saya
bahwa ayahnya selalu curiga terhadap ibunya (curiga kalau kalau ibunya
berselingkuh). Padahal faktanya tidak, namun ayahnya curiga berlebihan
4. Ada seorang anak yang melihat secara langsung orang
tuanya becerai
5. Ada seorang anak yang ditelantarkan oleh orang
tuanya sendiri setelah bercerai
Sekilas (bagi kita yang menganggap broken
home adalah hal yang sepele) mungkin terlihat biasa-biasa aja dan
berkata dalam hati “yaelah… biasa aja kali. Gak usah berlebihan lah…” Sekali
lagi… saya sangat menyayangkan bila ada diantara kalian yang menganggap broken
home termasuk dengan kondisi-kondisi yang sudah saya sebutkan di atas
merupakan hal yang sepele, karena justru semua
keretakan di dalam keluarga berawal dari anggapan sepele terhadap hal tersebut.
Oleh karena itu, mari melihatnya dari sudut pandang yang lain, yaitu dari sudut
pandang anak yang sebenarnya adalah pihak yang paling mengalami dampak dari broken
home tersebut. Awal dari broken home memang hanya berkutat
diantara suami-isteri saja tetapi jika kita melihat dari sudut pandang yang
lain (yang lebih luas), broken home tersebut pun dialami
oleh anak. Ujung dari broken home adalah berpisahnya suami
dan isteri dari ikatan pernikahan yang padahal sudah mereka ikrarkan kepada satu
sama lain dan sebenarnya ikrar tersebut bukan hanya kepada satu sama lain saja
tetapi ikrar tersebut juga ditujukan kepada Tuhan karena Tuhanlah yang
berotoritas penuh atas pernikahan setiap pasangan. Ketika seorang anak melihat
orang tuanya berpisah maka respon yang paling umum adalah anak tersebut merasa
sedih yang berkepanjangan. Kemudian berlanjut kepada gangguan mental seperti
yang telah saya beri tahu di pertengahan artikel ini.
Kalau
saya boleh bertanya kepada setiap kita, adakah diantara kalian yang membaca
artikel saya ini sebenarnya merupakan anak yang berasal dari keluarga broken
home? (jawab dalam hati). Jika tidak, bersyukurlah kepada Tuhan dan
berdoalah selalu kepada Tuhan agar Tuhan senantiasa memelihara keutuhan
keluargamu dan usahakanlah untuk selalu berelasi dalam kasih dengan keluargamu.
Bagi kita yang berasal dari keluarga broken home, saya ada beberapa hal
bagi setiap kita untuk direnungkan dan dilakukan dalam kehidupan kita
masing-masing:
1. Terimalah
kenyataan yang ada. Terima kenyataan bahwa kamu berasal dari keluarga broken
home. Kalau sampai saat ini kamu belum bisa menerima kenyataan bahwa kamu
berasal dari keluarga broken home, maka saya meyakini kamu
akan sulit menjalani kehidupan sehari-hari dengan tenang dan penuh semangat.
2. Tetap
besyukur. Sekalipun orang tuamu sering mengalami perselisihan atau bahkan
mungkin sudah berpisah dan kamu merasa kekurangan kasih sayang yang
utuh/lengkap dari orang tuamu, ingatlah bahwa Tuhan selalu bersamamu dalam
segala kondisi. Jadi, tetaplah bersyukur
3. Tetaplah
bersosialisasi. Mungkin kamu merasa minder (iri hati) ketika melihat
keluarga orang lain masih utuh sedangkan kamu tidak. Tetapi yang mau saya
katakan adalah tetaplah bersosialisasi karena pengalamanmu tentang broken
home bisa menjadi pelajaran yang bermakna bagi orang-orang sekitarmu di
kemudian hari.
4. Jalanilah
hidupmu dengan semangat. Saya meyakini pasti sangat sulit untuk menjalani
hari-harimu dengan semangat karena kondisi broken home bukanlah kondisi yang
sepele. Tetapi percayalah ketika kamu menjalani hidupmu dengan semangat, akan
ada orang-orang lain yang (mungkin) juga berasal dari keluarga yang broken home
tetapi mereka mendapatkan semangat yang baru ketika melihat dirimu bisa tetap
semangat di tengah kondisi broken home yang kamu alami.
5. Milikilah
relasi yang baik dengan Tuhan. Jangan lupa untuk tetap beribadah, berdoa
kepada Tuhan karena saya meyakini setiap orang bisa tetap kuat menjalani
kehidupan pribadinya masing-masing hanya karena intensitasnya dalam berelasi
dengan Tuhan. Melalui relasi yang intens tersebut, kamu akan mendapatkan
kekuatan yang baru setiap harinya dari Tuhan.
Kondisi keluargamu dapat mengalami
keretakan tetapi masa depanmu tidak akan mengalami keretakan jika kamu
senantiasa bergantung dan berpengharapan di dalam Tuhan.
Mungkin kamu tidak merasakan kasih
sayang dari orang tuamu karena perselisihan sering terjadi di dalam keluargamu
dan atau karena perceraian orang tuamu. Tetapi percayalah bahwa kasih sayang
Tuhan kepadamu akan tetap ada untukmu selamanya.
Follow me also on my social media
Instagram: halomoansiahaan
Facebook: Halomoan Siahaan
For couseling (konseling): 089604471793 (whatsapp)
Source:
1. Agulana, G. G. 1999. Family structure and prevalence of
behavioral problems among Nigerian adolescents. The Counselor, 17.
2. Saikia, R. 2017. Broken
family: It’s causes and effects on the development children. International
Journal of Applied Research.
3. Willis, S. S. 2015. Konseling
keluarga (family counseling). Penerbit alfabeta: Bandung.
4. https://news.detik.com/berita/d-4495627/hampir-setengah-juta-orang-bercerai-di-indonesia-sepanjang-2018.
Diakses pada tanggal 08 Juni 2020.
ketika menyadari bahwa di dalam keluarga ternyata setiap anggota punya lukanya sendiri tapi tidak dapat diungkapkan satu sama lain rasanya sakit. Luka masa lalu yang di alami baik dari ayah atau ibu yang mungkin tidak selesai sehingga menimbulkan bekas luka yang berdampak ke anak atau dalam kehidupan berkeluarga. Juga anak yang terluka, tetapi lukanya tidak diungkapkan hingga terbawa sampai besar. Entah bagaimana luka itu bisa sembuh. Rasanya seperti tidak ada harapan lagi. Saya mengasihi keluarga saya, tapi rasanya sakit sekali ketika saya tidak dapat berbuat apa-apa. Dan sayapun dalam kondisi terluka. Tapi terima kasih untuk sharingnya
BalasHapusHai... terima kasih sudah memberikan tanggapan atas artikel saya ini ya.... Saya pribadi berdoa agar kamu tetap kuat menjalani hari-harimu kedepan di tengah kondisi keluargamu yang mungkin saat ini sedang banyak permasalahan. Semoga Tuhan senantiasa menguatkanmu dan jangan lupa selalu beribadah kepada Tuhan... :)
Hapus