Dasar Anak Haram!


            Hi… welcome back to my blog… Artikel kali ini masih membahas tentang keluarga. Karena banyak yang request untuk bahas tentang keluarga, jadi sekalian aja saya buat selama 1 bulan ini artikel saya membahas tentang keluarga. Artikel saya kali ini judulnya memang agak gimana gitu ya… hahaha.. Sejujurnya bingung mau kasih judul apa buat artikel ini, tapi akhirnya saya memutuskan untuk memakai kalimat yang terdiri dari 3 kata, yaitu “Dasar Anak Haram” karena 3 kata tersebut menggambarkan keseluruhan isi artikel saya ini. Okay, now let’s get to the explanation of this article…
            Kalimat dari judul artikel saya ini sebetulnya yang seakan-akan membuat artikel ini menjadi mencekam itu hanya satu kata, yaitu “haram.” Beberapa agama yang ada di Indonesia memang menggunakan kata haram, tetapi pada makanan. Jadi, ada makanan haram dan tidak haram. Tetapi bagi saya kata “haramsebetulnya tidak boleh dipergunakan secara asal-asalan. Tidak boleh juga dikaitkan dengan suatu objek secara asal-asalan, contoh nyatanya dalam hal ini adalah kata “haram” dikaitkan dan atau ditujukan kepada manusia. Yang perlu kita sama-sama perhatikan, pahami, dan hayati adalah kita tidak boleh menggunakan kata “haram” kepada manusia. Namun… tak bisa dipungkiri bahwa kata “haram” sering sekali dipakai oleh orang-orang kepada sesamanya. Dalam artikel ini saya akan membahasnya dalam konteks keluarga.
            Ada yang pernah disebut sebagai “anak haram” oleh orang tuanya sendiri? (serem banget ya pertanyaannya? hahaha). Saya meyakini beberapa orang pasti pernah disebut sebagai anak haram oleh orang tuanya sendiri. Dari beberapa fakta yang saya baca dan temui, tentu ada beberapa orang tua yang melontarkan (baik secara sengaja maupun tidak sengaja) kalimat tersebut kepada anaknya sendiri. Salah satu penyebabnya adalah karena orang tua tersebut tidak mengharapkan anak tersebut lahir di dalam keluarganya. Orang tua tersebut tidak mengharapkan kelahiran anak mereka di dalam keluarganya bisa jadi karena…
1. Anak tersebut lahir dengan ketidaksempurnaan fisik (ada bagian tubuh tertentu yang cacat).
2. Anak tersebut tidak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan (orang tua berharap anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, namun kenyataannya tidak demikian).
3. Anak tersebut memiliki tingkah laku yang buruk (bahkan semakin dewasa umurnya malah semakin buruk tingkah lakunya)
            Lalu, bagaimana jika ada diantara kita yang membaca artikel saya ini pernah dicap atau disebut sebagai “anak haram” oleh orang tuanya sendiri? Apa yang harus diperbuat? Harus bagaimana agar tetap kuat menjalani kehidupan di dunia ini? Karena ketika dicap atau disebut sebagai “anak haram”, tentu kita bukan hanya merasa seperti direndahkan, tetapi psikis atau kejiwaan kita pun pasti terganggu (apalagi jika orang tua kita sendiri yang mengucapkannya). Kalau betul ada diantara kita yang membaca artikel saya ini pernah dicap atau disebut sebagai “anak haram” oleh orang tuanya sendiri, saya akan memberikan kalimat demikian kepada setiap kita yang mengalaminya… “Tidak apa-apa kalau kamu dicap sebagai anak haram. Tidak apa-apa kalau kelahiranmu di dalam keluargamu saat ini mungkin tidak diharapkan, tetapi jangan berhenti untuk tetap mengasihi orang tuamu, keluargamu apa adanya dan dengan tulus hati. Karena kasih yang sejati hanya dilakukan dengan ketulusan hati dan tanpa syarat. Berat? Pasti berat…. Tetapi lakukanlah kasih sejati tersebut dengan mengingat bahwa Tuhan pun mengasihimu dengan kasih yang sejati. Maka, teruskanlah kasih yang sejati tersebut kepada orang tuamu, keluargamu.”
            Pesan saya buat setiap kita yang membaca artikel saya ini adalah… sebagai manusia pastinya kita memiliki harapan-harapan tertentu kedepannya, apalagi ketika sudah hidup berkeluarga dengan pasangan kita masing-masing. Salah satu yang menjadi harapan kita kedepan tentunya berkaitan dengan anak-anak kita. Tetapi sebelum memasuki fase dimana kita memikirkan hal-hal yang ada di depan (tentang keluarga), mari sama-sama merenungkan kalimat ini… “Anda tidak bisa memilih, memesan, atau bahkan menentukan secara tegas kepada Tuhan, anak seperti apa yang anda inginkan kelahirannya di dalam keluarga anda kelak. Yang seharusnya anda lakukan adalah mintalah kekuatan dan hati yang senantiasa bersyukur kepada Tuhan atas anak yang akan Tuhan anugerahkan bagi setiap kita di kemudian hari. Karena Tuhanlah yang mengatur segala sesuatu yang ada di dalam hidup manusia” Ini bukan kalimat saya… hahaha.. tapi ini merupakan kalimat yang saya gabungkan dari beberapa tokoh inspirasi saya. Kalimat ini sungguh berat dan perlu untuk direnungkan secara sungguh-sungguh bagi setiap kita yang kelak akan membangun sebuah keluarga bersama pasangan kita masing-masing.



“Ketika kamu seolah-olah direndahkan karena dicap atau disebut sebagai anak haram, jangan pernah membalas pernyataan tersebut dengan perlakuan yang buruk dan akhirnya menimbulkan kekacauan dalam keluargamu. Tetapi balaslah pernyataan tersebut dengan kasih yang sejati sehingga keluargamu akan mengalami damai sejahtera di dalam hatinya melalui kamu”


Jangan lupa untuk share (bagikan) artikel saya ini agar semakin banyak orang yang teredukasi dalam hal-hal di kehidupan ini... 😀 Terima kasih.... salam kasih dan damai buat kita semua 😇

You can also follow me on my social media...:
Facebook: Halomoan Siahaan
Instagram: halomoansiahaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan itu ada, pasti, dan nyata

Chapter V Memulai Kehidupan yang Baru

Korupsi? Santuy Wae...