Chapter III Dari Hedonisme Berubah Total Menjadi Super Hemat

                 Tahun 2014 merupakan tahun yang spesial bagi para Pegawai Negeri Sipil di provinsi DKI Jakarta. Mengapa? Karena di tahun itulah tunjangan Pegawai Negeri Sipil di provinsi DKI Jakarta meningkat cukup signifikan. Besarannya tentunya berbeda-beda… tapi… kalau mau diambil rata-rata, nominalnya di atas 5 juta/bulan (tapi ini pun tergantung dari golongan dan masa kerja). Karena adanya peningkatan tunjangan yang cukup signifikan, tidak sedikit Pegawai Negeri Sipil di provinsi DKI Jakarta mengungkapkan rasa syukurnya dan kebahagiaannya dengan cara makan di restoran yang mewah bersama keluarganya masing-masing, ada juga yang membeli mobil dengan cicilan lebih dari 2th, dan masih banyak lagi cara setiap Pegawai Negeri Sipil mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiann mereka.

            Saya dan sekeluarga pun sebetulnya tidak jauh berbeda dengan para Pegawai Negeri Sipil lainnya. Kami pernah makan di sebuah restoran yang mewah dan menghabiskan 2 juta untuk sekali makan, kami juga pernah menghabiskan 5 juta untuk membeli sebuah kemeja bermotif batik dari brand yang ternama. Tidak hanya itu saja, sewaktu saya mulai memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi, saya menyewa tempat kos dengan harga 2.2 juta/bulan, dan uang jajan saya tiap minggu sebesar 500.000. Kalian bisa hitung sendiri kira kira dalam 1 bulan saya secara pribadi menghabiskan berapa juta. Ya… begitulah kehidupan saya pada tahun 2015-2017. Tetapi bersyukurnya saya tidak terlibat dengan gaya hidup yang penuh dengan “kegelapan”.

            Tahun 2017 merupakan tahun dimana saya mulai menyadari bahwa hedonisme itu tidak baik. Ya memang tidak baik sebenarnya, saya yang telat sadarnya hehehe.. Di tahun tersebut Tuhan izinkan sebuah penyakit aneh dialami oleh ibu saya yang dimana kami sekeluarga tidak tahu dari mana datangnya dan karena apa penyebabnya. Berkali-kali saya harus menemani ibu saya dirawat di rumah sakit. Oh ya…. Saya tidak akan ceritakan tentang ini secara detail karena tentang penyakit ini saya sudah ceritakan dengan cukup detail di chapter 2, jadi… silahkan dibaca ya chapter 2nya…

            Singkat cerita…. Di tengah kondisi fisik ibu saya yang semakin menurun tiap bulan, keuangan kami sekeluarga pun juga semakin menurun karena harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perawatan dan obat-obatan ibu saya. Bahkan keuangan kami sampai minus pada akhir tahun 2018… (resesi ekonomi lingkup keluarga wkwkwk). Tapi… dalam kondisi keuangan yang minus, saya dan ibu saya menyadari bahwa hidup ini bukan tentang mengejar kekayaan dan menikmati segala-galanya melainkan mensyukuri apa yang Tuhan beri dan menikmati seadanya. Saya pribadi bersyukur kepada Tuhan karena ketika kami dibutakan oleh dosa (hidup dalam pola hedonisme), Tuhan selalu mengampuni saya dan keluarga saya. Itu dibuktikan dari hidup kami sekeluarga yang masih dipelihara oleh-Nya di masa-masa kami terpuruk secara keuangan.

            Setelah masa-masa sulit tersebut selesai, saya mengalami perubahan yang total. Saya meyakini ini bukan semata-mata timbul dari dalam diri saya. Tetapi ketika saya mengalami masa-masa sulit di tahun 2017 (ibu saya terkena penyakit dan keuangan keluarga minus), Tuhan perlahan-lahan mengubah dan memperbaharui pikiran dan kecenderungan hati saya. Saya yang tadinya suka menghabiskan uang sebesar 500.000/minggu, kini menjadi super hemat. Apa buktinya? Ketika saya ingin sarapan, saya selalu memiliki patokan, yakni sarapan saya tidak boleh mahal. Cukup 10.000-15.000 saja. Karena di saat itu dan sampai sekarang saya menyadari bahwa orang-orang yang hidupnya berkekurangan saja cukup kok sarapan dengan budget sebesar itu. Masa saya tidak cukup? Kan sama-sama manusia hehe.. Bukan hanya itu saja, saya juga jadi mengerti bagaimana mengatur keuangan keluarga dengan super hemat. Salah satu cara agar bisa super hemat yang pernah saya lakukan adalah makan dari pagi – malam dengan menu sepiring nasi dengan lauk 2 buah tahu selama 1 minggu. Ini pernah saya lakukan tujuannya adalah untuk merasakan apa yang dirasakan dialami oleh orang-orang yang sangat terpuruk dalam hal finansialnya.

            Pada akhirnya…. saya pribadi meyakini bahwa Tuhan mengizinkan persoalan hidup yang besar di tahun 2017 adalah untuk menyadarkan saya dan sekeluarga akan hidup kami yang sudah berbelok dari pedoman firman-Nya. Dan semua yang Tuhan izinkan terjadi adalah untuk kebaikan kami sekeluarga. Saya pun menyadari bahwa hidup ini bukan untuk mengejar kesenangan pribadi melainkan mengejar apa yang menyenangkan hati Tuhan dan tetap bersyukur dalam keadaan apapun

 

Follow me also on my social media:

Instagram: halomoansiahaan

Facebook: Halomoan Siahaan

 

For counseling: 089604471793 (WhatsApp)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan itu ada, pasti, dan nyata

Chapter V Memulai Kehidupan yang Baru

Korupsi? Santuy Wae...