Manusia kok kayak Bunglon?
Ketika
kalian melihat dan membaca atau membayangkan atau mencoba mendeskripsikan
kira-kira apa yang mau saya bagikan dalam artikel ini dengan judul manusia kok kayak bunglon?, Jangan
berpikir kalau saya akan menceritakan bahwa manusia itu punya warna kulit yang
berubah-ubah seperti bunglon (bukan… Mana bisa lah bro/sist manusia kulitnya
berubah-ubah warnanya. Kecuali kalau disiram pakai cat). Jangan juga berpikir kalau
saya akan menceritakan manusia itu hidupnya merayap persis seperti bunglon (ya
bukan lah… Manusia kan berjalan bukan merayap). Sudahlah… Ini bercandaan yang
garing. Jadi begini…
Manusia
tentunya memiliki kepribadiannya masing-masing. Itu ditunjukkan melalui
cara bicaranya, cara bergaulnya, cara berperilakunya setiap hari, dan masih
banyak lagi. Namun, yang mau saya bahas dalam artikel kali ini adalah tentang kepribadian manusia khususnya dalam cara
berbicara dan cara bergaulnya ketika sedang bersama orang-orang sekitarnya.
Mengapa demikian? Karena berdasarkan salah satu teori tentang siklus hidup
manusia (khususnya saat menginjak masa remaja-dewasa), manusia lebih sering
menghabiskan waktunya bersama dengan orang-orang (teman sekolah, teman kuliah,
teman kantor, dan lain-lain) di sekitarnya daripada bersama keluarganya sendiri.
Itu juga dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Dan tentunya kita juga mengetahui bahwa di dunia ini ada orang-orang
yang memiliki kepribadian yang baik dan buruk
Pernahkah kita diam sejenak dan merenung tentang
kepribadian (cara bicara dan cara bergaul) kita ketika sedang menjalin relasi
dengan orang-orang sekitar kita? Maksud saya adalah sebagian dari kita mungkin
pernah mengalami 3 hal ini:
1.
Kita sedang bersama dengan orang-orang yang cara bicaranya tidak sopan maupun
santun, sering berkata kasar dan kotor. Akhirnya kita pun ikut berbicara dengan
tidak sopan dan santun, dan berkata kasar dan kotor. Padahal kita bukanlah
orang yang suka berbicara dengan tidak sopan dan santun, berkata kasar dan
kotor karena kita tahu bahwa itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan atau
bahkan menjadi sebuah habit (kebiasaan).
2.
Kita sedang bersama dengan orang-orang yang suka gossip. Padahal kita bukanlah
orang yang suka gossip karena memang gossip itu negatif. Tapi, akhirnya kita
pun ikut-ikutan gossip.
3.
Kita sedang bersama dengan orang-orang yang suka minum-minuman keras bahkan
mungkin mengonsumsi obat-obatan terlarang. Akhirnya kita pun (mungkin) ikut-ikutan
dengan orang-orang tersebut. Padahal kita bukanlah orang yang seperti itu.
Dalam
ketiga contoh ini, mari berhenti sejenak dan merenung dalam diri kita
masing-masing, kita ini sebenarnya
siapa? Apa yang menjadi tujuan kita ketika menjalin relasi dengan orang-orang sekitar
kita?
Manusia adalah makhluk hidup yang
diciptakan oleh Tuhan. Karena diciptakan oleh Tuhan, maka sudah sepatutnyalah
manusia hidup sesuai dengan apa yang Tuhan mau dan bukan yang kita mau, dan kita pun
ditentukan untuk bertumbuh ke arah yang lebih baik (termasuk kepribadian kita
bertumbuh ke arah yang lebih baik dan bukan lebih buruk). Maksud dari
pernyataan saya ini adalah kalau kita menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar
kita, jalinlah relasi dengan apa adanya diri kita.
Kita tahu bahwa tidak boleh ngomong kasar
maupun kotor. Kita tahu bahwa tidak boleh gossip. Kita tahu bahwa minum-minuman
keras itu tidak baik, apalagi obat-obatan terlarang. Tetapi terkadang kita
mengorbankan akal sehat kita dan akhirnya mengikuti apa yang orang-orang sekitar
kita lakukan. Dan kemungkinan terburuknya adalah hal-hal demikian bisa menjadi
habit (kebiasaan) kita. Ketika kita
sedang bersama dengan orang-orang yang sudah saya sebutkan dalam tiga contoh
pada paragraf sebelumnya, kita ikut-ikutan menjadi orang yang buruk. Sedangkan
ketika kita sedang bersama dengan orang-orang yang baik kepribadiannya, kita
pun ikut-ikutan menjadi baik. Kok malah jadi kayak bunglon? Berubah-ubah
sesuai keadaan sekitar, sesuai dengan siapa saat ini kita sedang menjalin
relasi.
Bangun bro/sist… kita diciptakan dan
ditentukan oleh Tuhan salah satunya untuk menjadi orang yang baik bukan buruk.
Kita diciptakan dan ditentukan oleh Tuhan salah satunya untuk mengalami perubahan
kepribadian ke arah yang lebih baik bukan buruk. Jangan korbankan jati diri
kita hanya karena (mungkin) takut dijauhi oleh orang-orang di sekitar kita. Jangan korbankan salah satu tujuan Tuhan
menciptakanmu hanya karena (mungkin) takut tidak punya teman yang banyak. Jadi,
janganlah seolah-olah seperti bunglon yang suka berubah-ubah tergantung orang
sekitar kita melainkan jadilan diri kita apa adanya sesuai dengan tujuan Tuhan
menciptakan kita.
Komentar
Posting Komentar