Mau Pacaran? Coba Dipikir Dulu


Halo semua…. welcome again to my blog. Artikel terbaruku ini tentang pacaran. Judul artikelku kali ini merupakan sebuah request dari salah satu temen sekelasku saat aku masih aktif kuliah. Ya… katanya sih kejadian ini adalah satu dari sekian banyak kejadian yang perlu diangkat ceritanya dan diperbaiki untuk mengedukasi anak-anak zaman now, khususnya anak-anak yang masih dibawah umur atau saya pribadi lebih suka menyebutnya dengan orang-orang yang belum paham makna dan tujuan dari berpacaran atau sederhananya adalah orang-orang yang belum matang pemikirannya dalam hal berpacaran. Nah… sebelum saya menjelaskan pemahaman-pemahaman mengenai judul artikel ini, ada baiknya kita sama-sama mencoba menghayatinya terlebih dahulu melalui dialog di bawah ini…. Yuk… langsung menuju ke dialog
1. Dialog pertama (pasangan muda-mudi yang berusia 12th)
Sepasang muda-mudi sedang menghabiskan waktu bersama di sebuah taman
👦 : Bunga-bunga disini cantik ya… kayak kamu
       (yaampun….)
👧 : Ah kamu bisa aja hehe… Hmm…..
👦 : Kenapa… kok hmm…?
👧 : Jangan tinggalin aku ya… Aku udah terlanjur sayang sama kamu 
        *si cewe memegang tangan si cowok*
        (Ya ampun…. Pun pun pun pun……)
👦 : Aku janji gak bakal ninggalin kamu *si cowo merangkul si cewek*
        (Udah main rangkul-rangkul wae…)

2. Dialog kedua (pasangan muda-mudi yang berusia 15th)

Kriiinnggg….. telepon berbunyi

👦 : Pah… kita ke mall yuk… mama mau beli baju baru nih

        (Uset…. Udah manggil papah aja… Macam apaan aja kau ini)

👧 : Yaudah, yuk… bentar ya… papah siapin duit dulu sama motor

        (Ya ampun…. Duit aja masih minta orang tua…. Hadehhhh…. Ambyar…
        ambyar…)

Sampailah sang pria di rumah sang wanita pujaan hatinya
👦 : Mah… Udah siap?
👧 : Udah nih… Yuk…
Sesampainya di mall yang mereka tuju
👧 : Ini bagus gak, pah?? Mama suka yang warna ini soalnya
👦 : Bagus kok… Kalau mama yang pakai sih, ya cocok aja..
        (Bisa aja lu tong ngerayunya wkwkwk)
Para pelayan di mall tersebut mendengar percakapan kedua pasangan tersebut
👲 : Ini masih bocah kok kelakuannya begini ya?
👲 : Gak tau nih bro… Bingung gua. Gua aja pacaran gak segitunya. 
        Masih tau batasan lah intinya

3. Dialog ketiga (pasangan muda-mudi yang berusia 17th)

👱 : Hi.. sayang…

👸 : Hi.. pagi pagi udah nyamperin aja nih hehe

👱 : Iya nih.. aku kangen aja sama kamu. Sehari gak ketemu kamu tuh udah kayak
       1 tahun gak ketemu

       (yaampun leee… leee..)

👸 : Ah kamu bisa aja… Kamu itu kan suami aku. Jadi, pasti tiap hari kita ketemu…

        (Masih pacaran tapi udah dibilang suami…. Macam mana lah….)

👱 : Iya… my lovely wife

(Ketika orang tua merespon apa yang terjadi pada anak mereka sendiri)

👨 : Haduh…. Kok jadi ambyar gini ya anak kita

        (tepok jidat sendiri)

👩 : Iya ya pah.. Gak ngerti aku jadinya sama anak kita

        (tepok jidat suami. Bukannya tepok jidat sendiri malah tepok jidat suaminya wkwkwk)

            Kalau kita melihat 3 dialog di atas, sebagian dari kita mungkin terkejut dan mulai bertanya-tanya dalam hati kita sendiri “ah masa sih anak remaja zaman sekarang pacarannya sampe segitunya?” Saya akan menjawabnya dengan kalimat begini “ya… memang seperti itu kenyataannya. Semakin maju zaman sekarang ini, maka semakin banyak pula perubahan yang terjadi secara signifikan, termasuk perubahan dalam hal sosialisasi antar sesama manusia. Dalam hal ini juga berlaku tentang bagaimana gaya berpacaran orang zaman now. Tidak pandang umur, tidak pandang situasi maupun kondisi, dan tidak pandang batasan-batasan dalam berpacaran. Begitulah gaya berpacaran kebanyakan orang zaman now (khususnya orang yang belum mengerti makna dan tujuan dari berpacaran atau kebanyakan orang yang masih di bawah umur yang kebanyakan pemikirannya belum matang) yang tentunya kita cukup sering jumpai di masa sekarang ini. Saya bilang seperti ini bukan berarti semua orang seperti ini gaya berpacarannya. Masih ada kok orang yang sehat gaya berpacarannya. Tapi memang kebanyakan orang mulai menyimpang gaya berpacarannya. Harap teliti ya bacanya. Gaya berpacaran yang melebihi batas ini tentunya berkaitan dengan aspek kognitif (pemikiran) terhadap sesuatu yang dilihat di lingkungan sekitarnya.
Salah satu penelitian yang telah saya baca menyatakan bahwa lebih dari 50% lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif seseorang. Terus apa kaitannya dengan gaya berpacan yang melebihi batas? Cara hidup seseorang akan ditentukan dari bagaimana perkembangan kognitifnya, hal apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Saya beri contoh seperti ini. Misalnya, ada seseorang yang berstatus single (belum mempunyai pacar) namun suatu waktu ia melihat orang lain sedang berpacaran. Dia melihat orang lain yang sedang berpacaran tersebut tindakan-tindakannya terlalu berlebihan (pegangan tangan, saling merangkul satu sama lain, bahkan tindakan-tindakan lebih lainnya yang melebihi batas dan tentunya saya tidak perlu sebutkan), dan ditambah lagi yang melakukan tindakan-tindakan seperti itu adalah orang yang masih di bawah umur. Sebetulnya mau di bawah umur atau sudah cukup umur pun tetap saja tidak baik untuk dilakukan karena masih dalam status “pacaran” kecuali jika sudah menikah. Tetapi saya pribadi sangat prihatin jika melihat orang-orang yang masih di bawah umur saja sudah mulai berpacaran disertai dengan tindakan-tindakan yang melebihi batas, karena jika dilihat oleh orang lain (yang tentunya masih di bawah umur juga) kemungkinan besar akan ditiru oleh orang-orang di bawah umur lainnya ketika mereka berpacaran. Orang yang masih dibawah umur tentu memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi. Itulah sebabnya hati-hati dalam berpacaran dalam usia yang masih muda. Pacaran itu bukan buat coba-coba.
Bukan hanya lingkungan saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif setiap orang, tetapi juga pengaruh media massa (gadget, televisi, buku, dan lain-lain). Mengapa media massa juga dapat berpengaruh dalam perkembangan kognitif orang? Berdasarkan realita yang ada, tidak sedikit orang terpengaruh gaya hidupnya dengan tayangan di televisi yang ia tonton. Pada Akhirnya akan mempengaruhi bagaimana ia berpacaran dengan lawan jenisnya. Permasalahannya adalah kalau orang belum cukup umur atau matang pemikirannya namun dia sudah sering menonton tayangan di televisi yang terdapat adegan berpacaran di dalamnya dan disertai dengan adegan-adegan yang berlebihan, itu semua dapat mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif yang akan diterapkan dalam tindakan di kehidupan nyata. Oh iya, saya tambahkan sedikit ya… Ini bukan hanya sekedar di bawah umur tetapi lebih tepatnya orang yang belum matang pemikirannya.
Lalu, bagaimana kita bisa mengendalikan hal-hal yang saya sebutkan di atas (gaya berpacaran yang belerbihan)? Mungkin kita khawatir dengan adik kita sendiri. Mungkin para orang tua khawatir dengan anak-anaknya. Atau bahkan mungkin kita khawatir dengan diri kita sendiri yang pacarannya sudah berlebihan? Saya akan menjawabnya begini (tentu jawaban ini tidak sepenuhnya sempurna, tapi setidaknya ini adalah hal sederhana namun berdampak besar bila dilakukan dengan baik dan konsisten).
1. Usaha Preventif (pencegahan)
            Sebelum berpacaran, coba intropeksi diri kita sendiri. Apakah kita sudah mengerti makna dan tujuan dari berpacaran? Secara singkat, makna dan tujuan dari berpacaran adalah dua pasangan lawan jenis yang menjadi satu dan saling membangun hubungan, karakter satu sama lain di dalamnya, yang mengarah kepada jenjang pernikahan (berat kan sampe pernikahan? Makanya hati hati..)
2. Usaha Kuratif (menanggulangi atau mengatasi hal yang sudah terjadi)
            Kalau kita sudah terlanjut berpacaran, saya sarankan untuk berhenti sebentar. Coba evaluasi gaya berpacaran kita masing-masing. Adakah tindakan-tindakan yang sudah melebihi batas? Kalau ada, maka coba pikirkan ulang. Apakah masih layak untuk dilanjutkan atau langsung stop saja hubungannya. Jangan lupa selalu libatkan Tuhan dalam doa-doamu terkait hal ini.
Pengaruh lingkungan dan media massa itu ibarat seperti magnet yang menarik dengan sangat amat kuat. Hati-hati kita dibutakan oleh hal-hal yang umum terjadi di realita kehidupan berpacaran. Sudah banyak yang pegangan tangan, sudah banyak yang saling merangkul, sudah banyak yang pelukan, dan lain-lain… yang sebenarnya itu adalah pancingan untuk kita masuk ke hal-hal yang lebih jauh lagi, salah satunya adalah berhubungan intim (padahal masih berpacaran). Pegangan tangan boleh gak sih? Boleh… tapi kalau tiap saat atau tiap waktu selalu pegangan tangan, mau ngapain? Hati hati terpancing dengan suasana asmara di hati masing-masing pasangan hanya melalui pegangan tangan. Pelukan boleh gak sih? Boleh… kalau orang lagi sedih biasanya otomatis langsung memeluk pasangannya. Itu tindakan yang spontan. Tapi karena kondisinya lagi sedih, ya tidak apa apa. Namun…. Kalau lagi gak kenapa kenapa tapi peluk sana peluk sini (lama lama anak ayam juga dipeluk wkwkwk) itu bisa membuat kita terbutakan oleh suasana asmara yang ada di hati kita. Ciuman boleh? Ya gak boleh lah…. Udah berlebihan. Ada yang boleh karena kondisi, ada yang sama sekali tidak boleh dalam segala kondisi.
Saya akan menutup dengan satu quotes yang merangkum seluruh isi artikel saya ini. “You are the books you read. The movies you watch. The music you listen to. The people you spend time with and the conversation you engage in. Choose wisely. What you feed your mind” (Sandhya Patnala). Mau Pacaran? Coba dipikirin dulu ya… hal-hal yang sudah saya jelaskan secara cukup rinci di dalam artikel ini.
Terima kasih sudah membaca artikel saya. Silahkan dishare bila ingin dishare. Tujuannya agar semakin banyak orang yang teredukasi 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan itu ada, pasti, dan nyata

Chapter V Memulai Kehidupan yang Baru

Korupsi? Santuy Wae...